December 5, 2008

Kisah Bibir Merah

Seperti biasa hari ini tetap terasa membosankan. Bangun pagi jam 05.30, langsung mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi, tiba-tiba sakit perut, tuuutt.........tuuuuuttt.........siapa hendak turut, ke WC.....numpang boker. Setelah melakukan ritual tersebut setiap pagi, langsung saja menghampiri meja makan, mengecek apakah ada sesuatu yang bisa dijadikan korban sarapanku. Begitu kenyang, langsung aja berangkat ke kampus dengan menunggangi sepeda motor ber-tikus. Gimana nggak kayak tikus, tiap kali direm, pasti ada bunyi: "Ciiitt...........ciiiiiit........ciiiiiiiiittt.......... Cit cit cit cit cuicit cit cit cuit, ayam bertelor". Jadi ingat lagunya Joshua "si anak ajaib" waktu masih kecil dulu. Tapi bangga juga sih punya sepeda motor seperti itu, karena remnya memiliki fungsi ganda. Selain untuk mengurangi laju kendaraan, bisa skalian berfungsi sebagai klakson dengan nada dering bagaikan tikus kawin. Hehehehe...... =)

Nah, sesampainya di kampus, disinilah waktu penyiksaan itu berlangsung. Masuk kelas jam 08.00, langsung saja dosen yang memberikan mata kuliah pertama menjelaskan materi kuliah dengan semangat. Nggak tau deh mahasiswanya ngerti ato nggak. Yang penting dia ngoceh aja terus. Malah ada seorang dosen yang dengan mudah dapat di "belok" kan bahan pembicaraannya. Misalkan, saat dia membahas materi kuliah dikelas, tiba-tiba saja pembahasannya beralih ke bagaimana keadaan pacar sang dosen, atau langsung beralih ke perbincangan peralatan apa yang dipakai oleh sang dosen dulu saat beliau masih kuliah, berapa harga peralatan tersebut. Aneh kan?? Nggak penting juga kan?? Tapi bagaimanapun , itulah lingkungan perkuliahan yang sedang aku hadapi sekarang ini. Banyak hal aneh yang memang kadang-kadang diluar kendali manusia normal.

Ngomong-ngomong soal kenormalan, hari ini juga saya lewati dengan kondisi yang tidak normal. Bayangin deh, ada cowok cakep bin bohai yang di lehernya ada tatto bergambar bibir tebal warna merah. Ceritanya begini, setelah selesai jam kuliah untuk mata kuliah Sistem Informasi, aku bersama Luci dan Haqqi belajar bahan ujian untuk kuis bahasa mandarin jam 1 siang. Tapi emang dasarnya mirip babi walopun ceking, aku ketiduran saat baca bahan ujiannya. Nah, saat aku sedang mimpi ketemu Pamela Andersson, ide gila si Luci mulai muncul deh. Emang nggak bisa liat aku senang deh tuh anak. Dengan perasaan bangga, dia mulai menuang ide dari karya seninya berupa gambar bibir tebal (sepertinya sih lebih mirip bibirnya Omaswati) di leherku dengan spidol merah. Setelah selesai menggambar, dia lalu tertawa terbahak-bahak dengan bangganya lalu menunjukkan hasil karyanya itu ke Haqqi. Mereka berdua tertawa bersama. Gila aja, teman paling baik dikerjain juga. Saat aku melihat bentuk bibirnya di kaca, lucu juga sih liat tampangku dengan bekas bibir itu. Aku sih nyantai aja dengan keberadaan bibir itu di leherku. Aku ngomong ke Luci, pokoknya orang yang menggambar bibir itu harus menghapusnya dengan tangannya sendiri. Tapi yah.... bukan Luci namanya kalo nggak jail. Gambarnya dibiarin aja. Akhirnya aku pun memutuskan untuk menutupi gambar itu dengan kerah baju, meskipun tetap aja masih bisa kliatan walaupun agak samar-samar.

Setelah kejadian itu terjadi, bencana berikutnya pun datang. Aku bersama Haqqi dan Luci sedang berada di kantin setelah belajar bersama. Saat itu sih emang bukan jam istirahat, tapi kami emang lagi kosong jam kuliah, tinggal menunggu jam kuis mandarin yang rencananya aku nggak akan ikut. Maklum anak muda, kerjanya senang-senang dulu, jadi lupa belajar deh. Sesaat setelah selesai makan, bel istirahat pun berbunyi. Para mahasiswa pun berlomba-lomba menuju kantin dengan liarnya. Nggak ketinggalan teman-temanku yang sama-sama nggak normalnya dengan aku pun ikut datang. Tersebutlah mereka yang datang ke kantin, yaitu Winda, Meidiana, dan Rara. Dengan seketika perasaanku berubah nggak karuan, seperti perasaan orang yang lagi menahan untuk boker, jadi semakin nggak menentu. Akhirnya dengan perasaan bangga, Luci menceritakan keadaanku yang hina ini ke Winda. Begitu si Winda tau, dia langsung menggunakan hak vetonya, perjanjian antara aku dan Winda dimana aku harus menuruti semua keinginannya selama dua minggu. Perjanjian ini terjalin karena dia udah mau minum ramuan yang teman-temanku buat dari kuah soto dicampur sambel, kulit jeruk 2 biji, es batu, kecap, air teh, dan sirup. Karena sebelumnya aku udah memperkirakan hal ini bakalan terjadi, aku langsung aja buru-buru meninggalkan TKP.

Setelah kejadian itu berlalu, ternyata Luci belum juga memiliki inisiatif untuk menghapus tanda bibirnya dari leherku. Jadilah aku orang aneh yang pake baju dengan kerah leher berdiri dengan gagah berani. Aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di warnet kampus sambil menunggu waktu latihan karate jam 5 sore. Saat jarum jam menunjukkan pukul 15.00, durasi pemakaian komputerku habis. Aku lalu keluar, tapi malah ketemu Winda lagi. Apa mau dikata, takdir ternyata tidak berpihak denganku. Begitu dia liat aku, langsung saja hak veto itu digunakan lagi. Akhirnya aku nggak bisa mengelak lagi. Aku melipat kerah baju, dan terlihatlah aib yang selama ini aku sembunyikan di hadapan teman-temanku. Apa mau dikata lagi, nasi sudah menjadi bubur, dicampur dengan telor dadar, rasanya pun sangat nikmat......

Berhubung saat itu sangat panas dan aku merasa ngantuk, aku lalu mengajak Winda ke kantin. Niatnya sih pengen beli minuman dingin gitu, tapi kayaknya keputusanku berakibat fatal deh. Saat aku memesan minuman, mbak-mbak yang jaga kantin langsung ketawa terpingkal-pingkal kayak orang kesurupan. Akhirnya dengan modal nekat plus nggak tau malu, aku cuek aja dengan reaksi mereka. Begitu aku selesai memesan minuman, aku langsung mendapati si Winda duduk di meja yang meja sebelahnya juga lagi banyak mbak-mbak kantinnya yang lagi nganggur. Begitu aku duduk, spontan aja mereka langsung ketewa sambil mukul-mukul meja. Langsung aja kantin jadi rame dan reaksi mereka itu mengundang rasa penasaran mbak-mbak kantin yang lain yang belum tau keadaanku yang sangat nggak normal itu. Waduh...waduh.... Untung aja urat malu-ku udah putus, jadi nggak terlalu berpengaruh dengan keadaan sekitar. Seandainya belum putus, bisa-bisa aku jadi seperti udang yang baru direbus, wajah menjadi merah merona -- lumayan... Nggak usah beli biore lagi.

Singkat cerita, setelah kejadian terkutuk itu terjadi, aku langsung mencari Luci untuk minta pertanggung jawaban atas kehamilanku. LHO???? Bukan...bukan.. Minta pertanggungjawaban atas bibirnya yang menempel di leherku. Tapi untuk membuat dia mempertanggung jawabkannya ternyata nggak semudah membalik telapak tangan gajah. Harus pake tindak kegelian dulu baru dia mau menghapus bibir yang ternoda itu. Benar-benar kejadian yang nggak normal yang aku alami di kehidupanku yang mungkin bisa dibilang hampir jauh dari kata normal juga. Yaahh...... Itulah akibat dari ketidak normalan bibir merah. -- ?? --

November 13, 2008

Cerita Seorang Pujangga =)

Gilaaaaaa !!!!!!!!!!!

Cukup sudah penderitaanku selama ini. Tugas kuliah menumpuk, penyusunan program kerja untuk LK menumpuk, ujian-ujianku semakin hari semakin cerah nilainya. Bisa mampus aku kalo bokep, eh, bokap sampai tau. Bisa di-guilotine (pancung) aku. Tapi yah..... itulah hidup. Kata bokap sih hidup itu emang keras, kalo kita nggak bisa bertahan menghadapinya, bisa-bisa kita "dimakan" zaman. Kita tidak bisa beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Dan perubahan itu sepertinya sudah mulai keliatan dengan sangat jelas dalam kehidupanku.

Sejak SD sampai SMA, kegiatan keorganisasian bagaikan "ayah" kedua dalam hidupku. Sama-sama menyeramkan. Hehehe...... Disamping itu, dulu aku tergolong anak yang cenderung pasif, malas bergaul dengan teman-teman yang lain, dan cenderung mengerjakan sesuatu seorang diri. Jadi bisa dikatakan aku anaknya tertutup. Ya iyalah..... Masak telanjang ???

Saat mulai menginjak jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti lingkungan perkuliahan yang menuntut peran sosial yang lebih besar, aku pun akhirnya berusaha untuk mengubah cara hidupku yang lama. Perubahan yang aku alami mungkin tergolong cukup drastis, dari yang dulunya kalo ngomong cukup ngomong seperlunya, sekarang malah bibir tuh serasa seperti ember. Kalo lebih ekstrimnya bisa jadi "baskom". Saat ini pun aku mulai mencoba terjun dalam berbagai kegiatan keorganisasian yang ada di dalam lingkungan kampus, mulai dari mengemban tanggung jawab sebagai ketua panitia sebuah kompetisi matematika, sampai menjadi salah satu anggota LK (Lembaga Kemahasiswaan) di kampus. Posisi yang mungkin lumayan berat untuk seorang Bagoes, anak gembala, selalu riang, senang bekerja... Tralala.... trilili.......... %$@$^#@

Mungkin untuk sebagian orang yang sudah pernah menempuh pendidikan di jenjang perkuliahan, posisi sebagai LK itu merupakan posisi yang ekslusif. Kerjanya hanya memantau segala kegiatan mahasiswa, nilai dijamin dalam posisi "aman", dan bisa terkenal di kalangan mahasiswa se-kampus raya. Tapi aku ingin menegaskan bahwa anggapan itu salah. ANGGAPAN ITU SALAH. Setelah mengalaminya sendiri, ternyata pandangan itu tidak sepenuhnya benar. Sebagai LK, kami harus mampu menjadi perantara mahasiswa dengan pimpinan universitas. Kasarannya, kami harus melayani atasan dan juga bawahan. Kalo sampai mengecewakan salah satu pihak, urusannya bakalan jadi tambah ruwet. Tetapi dari kondisi seperti inilah aku bisa belajar bagaimana harus mengambil keputusan yang sama-sama memberikan hasil yang terbaik bagi kedua belah pihak, dan juga bagi diri sendiri. Seperti yang sering dikatakan oleh Kepala Program Studi (Kaprodi) ku,

"Anda berada di universitas ini dididik untuk menjadi seorang profesional, dan seorang profesional itu harus mampu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala resiko yang ada. Keputusan yang diambil haruslah menghasilkan resiko yang lebih minim. Sehingga profesional itu tidak bisa salah, dan tidak dapat disalahkan".

Perjalanan yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut mungkin tidak mudah. Tapi aku berpikir mungkin dengan jalan yang sudah aku tempuh, dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan itu. Jadi pesan moral yang dapa diambil dari cerita ini adalah:
Jangan pernah takut untuk mencoba segala hal baru, karena dari hal baru itulah kita juga mendapatkan pengalaman baru. INGAT, PENGALAMAN ADALAH GURU YANG BAIK.
WASPADALAH...... WASPADALAH..........

November 3, 2008

Real First Posting

The real posting is in here............................

Ini kali pertama seorang anak culun, yang kurang berbakat dalam dunia tulis menulis, memulai petualangannya dalam dunia blogger sedunia. Terima kasih atas rasa penasaran dan keingintahuan teman-temanku yang sangat besar sehingga memaksa saya untuk memeras otak kanan yang jarang dipakai ini untuk memulai suatu kretivitas dalam mengolah kata-kata agar dapat menjadi suatu informasi bagi para pembacanya.

Menyinggung soal kreativitas, kemarin, tepatnya hari minggu tanggal 2 November 2008, aku dengan beberapa teman yang tergabung dalam club photography di salah satu universitas di indonesia pergi ke salah satu daerah wiasata di kabupaten Batu, Jawa Timur. Kalo tidak salah sih namanya Paralayang, layang-layang, pakaian melayang, atau apalah itu... Tempatnya sih di salah satu gunung yang ada di dekat kabupaten tersebut. Dengan berkendaraan sepeda motor, kami tujuh sekawan - aku (Bagoes), Atho, Ryan, Ega, Maylanie (Me2), Yoseph, dan temannya Ryan - berangkat menuju lokasi. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih setengah sampai satu jam dari kota Malang.

Setibanya di lokasi, langsung saja jiwa fotografi Ryan dan Atho me-Rajalele seakan-akan merambat di seluruh tubuh mereka. Dengan sangat cepat mereka lalu mengambil kamera yang ada lalu mulai mencari objek-objek yang menarik untuk dipotret. Aku bersama teman-teman yang lain, apalagi Ega dan Me2 hanya bisa terdiam menahan rasa dinginnya udara di daerah itu. Mungkin klo kami ini teletubies, sepertinya sudah bakalan berpelukan kayak yang di tipi-tipi itu. Sayangnya kami nggak punya antena di atas kepala......

Proses pemotretan pun terus berlanjut. Secara bergantian kami memotret objek-objek yang kami anggap menarik dan belajar bagaimana teknik memotret yang baik dan benar. Kebetulan Atho, yang juga ketua dari club ini, memiliki lebih banyak pengetahuan tentang seluk-beluk dunia pem-fotografi-an. Setelah puas mengambil gambar, objek pemotretan pun dialihkan ke objek hidup. Jadilah seorang Me2, Ryan, Atho, dan Yoseph model-model dadakan. Macam-macam pose di-set di depan fotografer, seperti pose dimana Me2 duduk terdiam di sebuah batu dengan kepala merunduk (agaknya sih seperti anak hilang yang sedang mencari jawaban atas keberadaannya di dunia ini), pose Yoseph yang sedang mempraktikkan salah satu teknik tendangan dalam ilmu beladiri karate, sampai pose dimana seorang Bagoes sedang mencoba memotret rumput yang bergoyang [ ?????????? ]..................

Setelah puas memotret di satu tempat, kami pun beralih ke tempat lain di dekat situ untuk mencari pemandangan yang lain. Lalu ditemukanlah tempat dimana terdapat hamparan padang rumput di lereng gunung yang berbentuk sepert tangga. Beberapa dari kami mencoba mencari posisi yang pas untuk mendapatkan gambar yang bagus dari pemandangan itu.

Dari kegiatan pemotretan itu, aku belajar bagaimana beberapa teknik pemotretan dasar. yah... untuk seorang amatiran, hasil yang aku dapatkan bisa dibilang lumayan (kata sang ketua club).
Aku cuma bisa berharap club photography ini bisa tetap eksis di bidangnya. Semoga saja club ini bisa terus berkarya, karena hanya di club ini aku bisa menghibur diri, setidaknya refreshing, dari aktivitas kuliah yang menurutku sudah lumayan menyiksa pikiran. Hehehehe......................

Salam Luar Biasa Dahsyat !!!!!!!!!

October 16, 2008

First Posting

testing....testing....